Kamis, 26 September 2013

Jenis-Jenis Gaya Bahasa

ganz, 26/09/2013
Pengantar
Poerwadarminta dalam Widyamartaya (1995: 53) menerangkan bahwa gaya umum itu dapat ditambah , diperbesar dengan salah satu cara. Tiap cara atau proses ini akan menghasilkan sejumlah corak dengan nama-nama khususnya. Panorama selayang pandang tentang gaya bahasa dapat dirinci dengan memperbesar daya tenaganya terhadap gaya umum dengan cara-cara mengadakan:
1. Perbandingan; 
2. Pertentangan; 
3. Pertukaran; 
4. Perulangan; 
5. Perurutan.
Gaya bahasa ialah cara penyair menggunakan bahasa untuk menimbulkan kesan-kesan tertentu. Gaya digunakan untuk melahirkan keindahan. Hal itu terjadi karena dalam karya sastralah ia paling sering dijumpai, sebagai wujud eksplorasi dan kreativitas sastrawan-sastrawati dalam berekspresi.
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis/pemakai bahasa (Gorys Keraf, 2002: 113). Suatu penciptaan puisi, juga bentuk-bentuk tulisan yang lain, misalnya cerpen, novel, naskah drama (Wacana sastra) sangat membutuhkan penguasaan gaya bahasa, agar puisi yang dihasilkan nanti lebih menarik, indah, dan berkualitas.
Pembicaraan tentang gaya bahasa sangatlah luas. Gorys Keraf (2002: xi-xii) membagi persoalan gaya bahasa, yakni:
Pengertian, sendi, jenis-jenis gaya bahasa

1. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata
a. Gaya bahasa resmi
b. Gaya bahasa tak resmi
c. Gaya bahasa percakapan
2. Gaya bahasa berdasarkan nada:
a. Gaya sederhana
b. Gaya mulia dan bertenaga
c. Gaya menengah.
3. Gaya bahasa berdarkan struktur kalimat
a. Klimaks
b. Antiklimaks
c. Paralelisme
d. Antitesis
e. Repetisi
3. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna
a. Gaya bahasa retorika terdiri dari:
1) Aliterasi
2) Asonansi
3) Anastrof
4) Apofasis/preterisio
5) Apostrof
6) Asidenton
7) Polisindenton
8) Kiasmus
9) Elipsis
10) Eufimismus
11) Litotes
12) Histeron proteron
13) Pleonasme dan tautologi
14) Perifrasis
15) Prolepsis/antisipasi
16) Erotesis/pertanyaan retoris
18) Koreksio Epanotesis
19) Hiperbol
20) Paradoks
21) Oksimoton

b. Gaya bahasa kiasan:
1. Persamaan/simile
2. Metafora
3. Alegori, Parabel dan Fabel
4. Personifikasi
5. Alusi
6. Eponim
7. Epitet
8. Sinekdoke
9. Metonimia
10. Antomonasia
11. Hipalase
12. Ironi
13. Satire
14. Iniendo
15. Antifrasis
16. Paronomasia

Uraian mengenai pengertian bermacam-macam gaya bahasa tersebut dan contoh-contohnya bisa dibac dalam buku “Diksi dan Gaya Bahasa” karya Gorys keraf, juga karya Henry Guntur Tarigan, Rahmat Joko Pradopo dan dijumpai di segenap buku yang membicarakan gaya bahsa untuk SMP dan SMA/SMK.
Pengertian Masing-masing Jenis Gaya Bahasa dan Contoh Pemakaiannya

Di bawah ini disampaikan pengertian dari jenis-jenis gaya bahasa di atas yang dirumuskan secara bebas oleh peneliti berdasarkan pemahaman yang penulis peroleh dari berbagai sumber:
1. Klimaks, yang disebut juga gradasi, adalah gaya bahsa berupa ekspresi dan pernyataan dalam rincian yang secara periodek makn lama makin meningkat, baik kuantitas, kualitas, intensitas, nilainya.
Contoh:
a. Idealnya setiap anak Indonesia pernah menempuh pendidikan formal di TK, SD, SMP,          SMA/SMK, syukur S2, S3 sampai gelar Doktor dan kalau mengajar di Perguruan Tinggi bergelar Profesor/Guru Besar pula.
b. Dalam apresiasi sastra, mula-mula kita hanya membaca selayang pandang puisi yang akan kita apresiasi, lalu kita membaca berulang-ulang sampai paham maksudnya, merasakan keindahannya, terus mengkajidalami, bisa membawakannya penuh penghayatan, sampai kita mampu menghargai keberadaan dan mencintainnya, syukur juga terpangil untuk kreatif menciptakan bentuk-bentuk sastra.
2. Antiklimaks merupakan antonim dari klimaks adalah gaya bahasa berupa kalimat terstruktur dan isinya mengalami penurunan kualitas, kuantitas intensitas. Gaya bahasa ini di mulai dari puncak makin lama makin ke bawah.
Contoh:
a. Bagi milyader bakhlil, jangankan menyumbang jutaan rupiah, seratus ribu, lima puluh ribu, sepuluh ribu, seribu rupiah pun ia enggan, masih dihitung-hitung.
b. Jauh sebelum memperoleh mendali emas dalam Olimpiade Athena 2004 cabang bulutangkis, Taufik Hidayat niscaya telah menjadi juara nasional dan sebelumnya juga tingkat propinsi, kabupaten, malahan pula tingkat kecamatan, desa, RT/RW.
3. Paralelisme adalah gaya bahasa berupa penyejajaran antara frase-frase yang menduduki fungsi yang sama.
Contoh: Kriminalitas dan kemaksiatan itu akan menyengsarakan banyak orang, membuat menderita kurban-kurbannya.
4. Antitesis adalah gaya bahasa yang menghadirkasn kelompok-kelompok kata yang berlawanan maksud.
Contoh:
Kau yang berjanji kau pula yang mengingkari
Di timur matahari terbit dan di barat ia tengggelam
5. Repetisi adalah gaya bahasa dengan jalan mengulang penggunaan kata atau kelompok kata tertentu.
Contoh:  
-Seumpama eidelwis akulah cinta abadi yang tidak akan pernah layu  
-Seumpama merpati akulah kesetiaan yang tidak pernah ingkar janji  
-Seumpama embun akulah kesejukan yang membasuh hati yang lara  
-Seumpama samudra akulah kesabaran yang menampung keluh kesah segala muara 
6. Aliterasi adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi konsonan.
Contoh:   
- Widyawan Wisik Wahyu Wastika suka menekuni spiritualitas.   
-Sahabatku bernama Fajar Firman Firdaus Filosofi.   
-Jadilah jantan jujur jenius!   
-Nama mahasiswi itu Cici Cantika Cangggih Cendikiawati 
7. Asonansi adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal
Contoh:
Gita Cinta dari SMA, lagu rindu dari SMU
Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu
8. Anastrof adalah gaya bahasa berupa pembalikan susunan kalimat dari pola yang lazim, biasanya dari subjek-predikat jadi predikat-subjek
Contoh:
Terlalu kecil anak itu untuk bekerja seberat itu
Berbahagialah wisudawan-wisudawati dalam perayaan yang diadakan di kampus mereka.
9. Apofasis/preterisio adalah gaya bahasa yang dipakai oleh pengarang untuk menyampaikan sesuatu yang megandung unsur kontradiksi, kelihatannya menolak tapi sebenarnya menerima, kelihatannya memuji tapi sebenarnya mngejek, nampaknya membenarkan tapi sebenarnya menyalahkan, kelihatannya merahasiakan tapi sebenarnya membeberkan.
Contoh :
- Jangan repot-repot membawa sesuatu ke sini, tapi tidak baik bukan kalau orang menolak rejeki?
10. Apostrof adalah gaya bahasa berupa pengalihan pembicaraan kepada benda atau sesuatu yang tidak bisa berbicara kepada kita terutama kepada tokoh yang tidak hadir atau sudah tiada, dengan tujuan lebih menarik atau memberi nuansa lain.
Contoh:
- Hai burung-burung betapa merdu nyanyianmu, wahai bunga-bunga betapa indah dan semerbak aromamu, wahai embun pagi, betapa jernih berkilau kamu laksana butiran-butiran intan tertimpa hangat sinar surya.
11. Asidenton adalah gaya bahasa dengan jalan menghadirkan kata/frasa yang berfungsi sama, berkedudukan sejajar tanpa menggunakan kata penghubung hanya menggunakan koma.
Contoh:
Untuk menjadi insan kamil, kita harus punya imtak yang prima, iptek yang andal, akhlak yang solid, amal salih yang semarak produktif banyak berkarya, kreatif penuh cipta.
12. Polisidenton adalah gaya bahasa berupa penyampaian sesuatu dengan menggunakan kata sambung secara berulang.
Contoh:
- Kita harus giat menuntut ilmu dari berbagai sumber agar cerdas cendikia agar berwawasan luas agar bisa bnyak berkiprah agar tidak ketinggalan zaman.
13. Kiasmus adalah gaya bahasa yang terdiri dari dua klausa yang berimbang namun dipertentangkan satu sama lain.
Contoh:
Sebenarnya mereka orang-orang yang sabar, namun akhirnya berontak terhadap orang-orang yang terus mengencetnya.
14. Elipsis adalah gaya bahasa berupa penyusunan kalimat yang mengandung kata-kata yang sengaja dihilangkan yang sebenarnya bisa diisi oleh pembaca/penyimak.
Contoh:
- Apa saja yang ada di dunia serta berpasangan ada siang ada ………, ada baik ada…….., ada terang ada ………, ada pertemuan ada …….., roda berputar kadang di atas kadang........
15. Eufemisme adalah gaya bahasa berupa pengungkapan yang sifatnya menghaluskan supaya tidak menyinggung perasaan, tidak terasa tajam.
Contoh:
-Karena melakukan sesuatu yang kurang pas, Pak Bandot akhirnya dikenai pensiun dini.
(Terlibat skandal, korupsi, dipecat, di PHK)
16. Litotes adalah gaya bahasa yang sifatnya merendahkan diri, tidak sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya namun tidak punya maksud agar orang percaya dengan hal itu, pembicara/penyimak tahu apa yang sebenarnya ia maksudkan.
Contoh:
-Kalau Anda tidak keberatan, mampirlah ke gubuk kami di Jalan Pemuda No. 100 Surakarta.
17. Histeron Proteron adalah gaya bahasa berupa penyusunan kalimat yang mengandung pembalikan dari logika yang wajar.
Contoh:
-Pegang teguhlah sifat jujur maka kamu bakal hancur, bertindaklah adil maka justru kamu akan terpencil.
18. Tautologi adalah sarana retorika yang menyatakan sesuatu secara berulang dengan kata-kata yang maknanya sama supaya diperoleh pengertian yang lebih mendalam, misalnya:
Tak ada badai tak ada topan, tiba-tiba saja ia marah.
19. Pleonasme adalah sarana retorika semacam tautologi dengan kata kedua yang sudah dijelaskan oleh kata pertama.
Contoh:
Silakan maju ke depan, setelah itu naik ke atas.
20. Perifrasis adalah gaya bahasa sejenis pleonasme yang merupakan keterangan berulang namun proporsinya lebih banyak daripada yang sebenarnya.
Contoh:
Dengan sungguh terpaksa karena tak berdaya, tidak punya kekuatan apa-apa tidak bisa berbuat dan melakukan sesuatu saya hanya diam saja ketika kawanan perampokitu menggasak dan menguras ludes barang-barang berharga di rumah sebelah.
21. Prolepsis/antisipasi adalah gaya bahasa berupa kalimat yang diawali dengan kata-kata yang sebenarnya baru ada setelah suatu peristiwa terjadi.
Contoh:
-Pada tahun 571 Masehi di Mekah, lahirlah seorang Nabi Besar bernama Muhammad S.A.W.
22. Erotesis/pertanyaan retoris adalah gaya bahasa berupa pengajuan pertanyaan untuk memperoleh efek mengulang tanpa menghendaki jawaban, karena jawabannya sudah tersirat di sana. Gaya bahasa ini acap digunakan oleh para orator.
Contoh:
Biaya pendidikan di Perguruan Tinggi sangat mahal. Bisakah rakyat kecil menyekolahkan anaknya sampai ke sana? Siapa yang bisa berkuliah kalau bukan kaum berada?
23. Silepsis dan Zeugma adalah gaya bahasa berupa konstruksi rapatan yang diikuti dengan kata-kata yang tidak sejenis atau tidak relevan atau hanya tepat untuk salah satunya.
Contoh:
Saya menyukai musik dan ketulusan hati.
24. Koreksio/Epanotesis adalah gaya bahasa berupa pernyataan yang terkesan meyakinkan, namun disadari mengandung kesalahan. Atas kesalahan itu lalu dilakukan pembetulan.
Contoh:
Dalam dunia sastra, kita mengenal Pelopor Angkatan ’45 yaitu Rendra, ah bukan, bukan Rendra, yang benar adalah Chairil Anwar.
25. Hiperbola adalah gaya bahasa berupa pernyataan yang sengaja dibesar-besarkan dan dibuat berlebihan.
Contoh:
- Bertemu kamu sayang, wahai sahabatku yang elok dan indah, syahdu, hati berbunga-bunga sejuta rasanya terbang melayang di angkasa bahagia.
26. Paradoks adalah gaya bahasa berupa pernyataan yang mengandung kontras/pertentangan, namun ternyata mengandung kebenaran.
Contoh:
-Betapa banyak orang yang dalam kesendiriannya merasa kesepian di kota sehiruk-pikuk Jakarta.
27. Oksimoran adalah gaya bahasa semacam paradoks yang lebih singkat dan padat, mengandung kata-kata yang berlawanan arti dalam frase yang sama.
Contoh:
-Dia milyander miskin karena sangat pelitnya
28. Persamaan/simile adalah bahasa kiasan berupa pernyataan satu hal dengan hal lain dengan menggunakan kata-kata pembanding.
Contoh:
-Bersabarlah seperti samudra yang mampu menampug keluh kesah segala muara.
29. Metafora adalah bahasa kiasan sejenis perbandingan namun tidak menggunakan kata pembanding. Di sini perbandingan dilakukan secara langsung tanpa kata sejenis bagaikan, ibarat, laksana, dan semacamnya.
Contoh:
Kesabaran adalah bumi
Kesadaran adalah matahari
Keberanian menjelma kata-kata
Dan perjuangan adalah pelaksana kata-kata(sebuah bait dalam puisi Rendra)
30. Alegori adalah kata kiasan berbentuk lukisan/cerita kiasan, merupakan metafora yang dikembangkan.
Contoh:
Sanjak “Menuju Ke Laut” karya Sutan Takdir Alisyahbana. Biasanya bersifat simbolis
31. Parabel (Parabola) adalah gaya bahasa berupa cerita-cerita fiktif dengan tokoh manusia dengan tema moral yang kental.
Contoh:
Hikayat Kalilah dan Daminah
32. Fabel adalah metafora berbentuk cerita dengan tokoh-tokoh binatang yang esensinya menggambarkan perilaku dan karakter manusia.
Contoh:
Dongeng Kancil dengan Buaya, Kancil dengan Harimau dan lain-lain.
33. Personifikasi/Penginsanan adalah gaya bahasa yang mempersamakan benda-benda dengan manusia, punya sifat, kemampuan, pemikiran, perasaan, seperti yang dimiliki dan dialami oleh manusia.
Contoh:
-Indonesia menangis, duka nestapa Aceh memeluk erat sanubari bangsaku.
34. Alusio adalah gaya bahasa yang menampilkan adanya persamaan dari sesuatu yang dilukiskan yang sebagai referen sudah dikenal pembaca.
Contoh:
Bung Karno – Bung Karno kecil menunjukkan kebolehannya dalam lomba pidato membawakan fragmen “Di Bawah bendera Revolusi”.
35. Eponim adalah gaya bahasa berupa penyebutan nama-nama tertentu untuk menyatakan suatu sifat atau keberadaan.
Contoh:
Silakan Aa Gym Ketua Rois kita menyampaikan kultum!
36. Epitet adalah gaya bahasa berupa frasa reskriptif untuk menggantikan nama seseorang, binatang, atau suatu benda.
Contoh:
Raja siang bertahta di angkasa raya (=Matahari)
-Penyair si Burung Merak masih kreatif tampil membaca puisi-puisinya pada usia menjelang 70 tahun. (=Rendra)
37. Sinekdoke adalah bahasa kiasan dengan cara menyebutkan sesuatu bisa sebagian untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto), bisa pula sebaliknya keseluruhan digunakan untuk menyebut yang sebagian (totum pro parte)
Contoh totum pro parte:
Karya-karya menjadi cindera mata bagi dunia
Contoh pars pro toto:
Korban gelombang Tsunami 26 Desember 2004 mencapai 100 jiwa lebih.
38. Metonemia adalah bahasa kiasan dalam bentuk penggantian nama atas sesuatu.
Contoh:
Panda banyak terdapat di negeri Tirai Bambu.
39. Antonomasia adalah gaya bahasa berupa penyebutangelar resmi dan semacamnya untuk menggantikan nama diri.
Contoh:
Megawati Soekarno Putri dan Meutia Hatta adalah puteri-puteri Sang Proklamator yang aktif di bidang pemerintahan.
40. Hipalase adalah gaya bahasa yang mengandung pemakaian kata yang menerangkan kata yang bukan sebaharusnya.
Contoh:
Di hari yang berbahagia ini jangan lupa mensyukuri segenap nikmat karuna Allah.
41. Ironi/sindiran adalah gaya bahasa berupa penyampaian kata-kata denga berbeda dengan maksud dengan sesungguhnya, tapi pembaca/pendengar, di harapkan memahami maksud penyampaian itu.
contoh:Kuakui, kutu buku yang satu ini memang berpengetahuan luas sekali.
42. Sinisme hakikatnya sama dengan ironi namun biasanya lebih keras.
Contoh:
Tanpa belajar pun, kalau anak jenius seperti kamu tentu bisa mengerjakan soal-soal ujian dengan hasil memuaskan.
43. Sarkasme merupakan gaya bahasa berupa pengucapan-pengucapan yang kasar, caci maki sebagai ekspresi, amarah yang membuat yang terkena sakit hati.
Contoh:
Dasar otak udang! Mana mungkin bisa kau kerjakan soal itu!
44. Satire adalah gaya bahasa sejenis ironi yang mengandung kritik atas kelemahan manusia agar terjadi kebaikan . tidak jarang satire muncul dalam bentuk puisi yang mengandung kegetiran tapi ada kesadaran untuk berbenah diri.
Contoh:
Aku lalai di pagi hari
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu miskin harta
(Bait II puisi “Menyesal” karya M. Ali Hasymi)
45. Inuedo adalah gaya bahasa berupa sindiran dengan cara mengecilkan kenyataan yang sesungguhnya, mengandung kritik tidak langsung.
Contoh:
Hanya dengan sedikit melakuan KKN, banyak pejabat menjadi milyander.
46. Antifrasis adalah gaya bahasa sejenis iron dengan menggunakan kata yang maknanya berlawanan dengan realita yang ada.
Contoh:
Alangkah sabar dan penyayangnya majikan itu terhadap pembantu-pembantunya yang selalu berganti-ganti karena tidak tahan. (pemarah dan pelit)
47. Paronomasia adalah gaya bahasa dengan menggunakan permainan kata-kata yang artinya sangat berlainan.
Contoh:
Ada gempa dahsyat, suasana genting. Genting-genting rumah pun berjatuhan pecah berderai.

Idiom Dalam Bahasa Indonesia

IDIOM

 ganz-26/26/2013
    Idiom atau ungkapan adalah suatu gabungan kata, yang merupakan penggalan kalimat yang memiliki arti tersendiri. atau kelompok kata yang menyatakan makna kiasan.

Contoh idiom:
anak emas = anak yang paling disayang
Angkat topi = salut atau hormat
Cagar alam = tempat pelindungan alam
Darah daging = anak
Batang hidung = tampak/ hadir
Buaya darat = penggemar wanita, pembohong
Hidung belang = laki-laki suka selingkuh
Lupa daratan = hilang ingatan
Lintah darat = rentenir
Kucing garong = sifat garang, raut muka yang kurang menyenangkan
Panjang tangan = pencuri
Merah padam = marah
Keras kepala = watak yang keras
Cinta buta = betul-betul cinta
Makan garam = banyak pengalaman
Angkat tangan = menyerah
Ringan kepala = mudah mengerti dan memahami

Idiom dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yakni:
1. Idiom penuh, yaitu idiom atau ungkapan yang seluruh unsure pembentuknya tidak dapat dikembalikan kepada makna denotasinya/sebenarnya.
Contoh:
a Gulung tikar berarti bangkrut.
b Pantat kuning berarti pelit/kikir.
Kata gulung dan kata tikar sudah kehilangan makna denotasinya. Demikian juga kata pantat dan kata kuning.

2. Idiom sebagian, yaitu idiom atau ungkapan yang sebagian unsur pembentuknya masih dapat dikembalikan kepada makna denotasinya.
Contoh:
a Kabar burung berarti kabar atau berita yang belum tentu kebenarannya.
b Daftar hitam berarti daftar nama orang yang terlibat dalam tindak kejahatan.
Dalam hal ini, kata kabar dan daftar masih dapat dikembalikan pada makna denotasinya.

    Idiom ialah ungkapan bahasa berupa gabungan kata (frase) yang maknanya sudah menyatu dan tidak dapat ditafsirkan dengan unsur makna yang membentuknya.
Contoh:
                    (1) selaras dengan              (2) membanting tulang
      insaf akan                              bertekuk lutut
      berbicara tentang                   mengadu domba
Pada contoh (1) terlihat bahwa kata tugas dengan, akan, tentang, dengan kata-kata yang digabungkannya merupakan ungkapan tetap. Jadi, tidak tepat jika diubah atau digantikan, misalnya menjadi:
                        selaras tentang
insaf dengan
berbicara akan
Demikian pula contoh (2), idiom-idiom tersebut tidak dapat diubah misalnya menjadi:
membanting kulit
bertekuk paha
                        mengadu kambing