Pengantar
Poerwadarminta dalam Widyamartaya
(1995: 53) menerangkan bahwa gaya umum itu dapat ditambah , diperbesar dengan
salah satu cara. Tiap cara atau proses ini akan menghasilkan sejumlah corak
dengan nama-nama khususnya. Panorama selayang pandang tentang gaya bahasa dapat
dirinci dengan memperbesar daya tenaganya terhadap gaya umum dengan cara-cara
mengadakan:
1. Perbandingan;
2. Pertentangan;
3. Pertukaran;
4. Perulangan;
5. Perurutan.
2. Pertentangan;
3. Pertukaran;
4. Perulangan;
5. Perurutan.
Gaya bahasa ialah cara penyair
menggunakan bahasa untuk menimbulkan kesan-kesan tertentu. Gaya digunakan untuk
melahirkan keindahan. Hal itu terjadi karena dalam karya sastralah ia paling
sering dijumpai, sebagai wujud eksplorasi dan kreativitas sastrawan-sastrawati
dalam berekspresi.
Gaya bahasa adalah cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan
kepribadian penulis/pemakai bahasa (Gorys Keraf, 2002: 113). Suatu penciptaan
puisi, juga bentuk-bentuk tulisan yang lain, misalnya cerpen, novel, naskah
drama (Wacana sastra) sangat membutuhkan penguasaan gaya bahasa, agar puisi
yang dihasilkan nanti lebih menarik, indah, dan berkualitas.
Pembicaraan tentang gaya bahasa
sangatlah luas. Gorys Keraf (2002: xi-xii) membagi persoalan gaya bahasa,
yakni:
Pengertian, sendi, jenis-jenis gaya bahasa
1. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata
a. Gaya bahasa resmi
b. Gaya bahasa tak resmi
c. Gaya bahasa percakapan
a. Gaya bahasa resmi
b. Gaya bahasa tak resmi
c. Gaya bahasa percakapan
2. Gaya bahasa berdasarkan nada:
a. Gaya sederhana
b. Gaya mulia dan bertenaga
c. Gaya menengah.
a. Gaya sederhana
b. Gaya mulia dan bertenaga
c. Gaya menengah.
3. Gaya bahasa berdarkan struktur kalimat
a. Klimaks
b. Antiklimaks
c. Paralelisme
d. Antitesis
e. Repetisi
a. Klimaks
b. Antiklimaks
c. Paralelisme
d. Antitesis
e. Repetisi
3. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna
a. Gaya bahasa retorika terdiri dari:
1) Aliterasi
2) Asonansi
3) Anastrof
4) Apofasis/preterisio
5) Apostrof
6) Asidenton
7) Polisindenton
8) Kiasmus
9) Elipsis
10) Eufimismus
11) Litotes
12) Histeron proteron
13) Pleonasme dan tautologi
14) Perifrasis
15) Prolepsis/antisipasi
16) Erotesis/pertanyaan retoris
18) Koreksio Epanotesis
19) Hiperbol
20) Paradoks
21) Oksimoton
b. Gaya bahasa kiasan:
1. Persamaan/simile
2. Metafora
3. Alegori, Parabel dan Fabel
4. Personifikasi
5. Alusi
6. Eponim
7. Epitet
8. Sinekdoke
9. Metonimia
10. Antomonasia
11. Hipalase
12. Ironi
13. Satire
14. Iniendo
15. Antifrasis
16. Paronomasia
a. Gaya bahasa retorika terdiri dari:
1) Aliterasi
2) Asonansi
3) Anastrof
4) Apofasis/preterisio
5) Apostrof
6) Asidenton
7) Polisindenton
8) Kiasmus
9) Elipsis
10) Eufimismus
11) Litotes
12) Histeron proteron
13) Pleonasme dan tautologi
14) Perifrasis
15) Prolepsis/antisipasi
16) Erotesis/pertanyaan retoris
18) Koreksio Epanotesis
19) Hiperbol
20) Paradoks
21) Oksimoton
b. Gaya bahasa kiasan:
1. Persamaan/simile
2. Metafora
3. Alegori, Parabel dan Fabel
4. Personifikasi
5. Alusi
6. Eponim
7. Epitet
8. Sinekdoke
9. Metonimia
10. Antomonasia
11. Hipalase
12. Ironi
13. Satire
14. Iniendo
15. Antifrasis
16. Paronomasia
Uraian mengenai pengertian
bermacam-macam gaya bahasa tersebut dan contoh-contohnya bisa dibac dalam buku “Diksi
dan Gaya Bahasa” karya Gorys keraf, juga karya Henry Guntur Tarigan, Rahmat
Joko Pradopo dan dijumpai di segenap buku yang membicarakan gaya bahsa untuk
SMP dan SMA/SMK.
Pengertian Masing-masing Jenis Gaya Bahasa dan Contoh
Pemakaiannya
Di bawah ini disampaikan pengertian
dari jenis-jenis gaya bahasa di atas yang dirumuskan secara bebas oleh peneliti
berdasarkan pemahaman yang penulis peroleh dari berbagai sumber:
1. Klimaks, yang
disebut juga gradasi, adalah gaya bahsa berupa ekspresi dan pernyataan dalam
rincian yang secara periodek makn lama makin meningkat, baik kuantitas,
kualitas, intensitas, nilainya.
Contoh:
a. Idealnya setiap anak Indonesia pernah menempuh pendidikan
formal di TK, SD, SMP, SMA/SMK,
syukur S2, S3 sampai gelar Doktor dan kalau mengajar di Perguruan Tinggi
bergelar Profesor/Guru Besar pula.
b. Dalam apresiasi sastra, mula-mula kita hanya membaca
selayang pandang puisi yang akan kita apresiasi, lalu kita membaca
berulang-ulang sampai paham maksudnya, merasakan keindahannya, terus
mengkajidalami, bisa membawakannya penuh penghayatan, sampai kita mampu
menghargai keberadaan dan mencintainnya, syukur juga terpangil untuk kreatif
menciptakan bentuk-bentuk sastra.
2. Antiklimaks merupakan
antonim dari klimaks adalah gaya bahasa berupa kalimat terstruktur dan isinya
mengalami penurunan kualitas, kuantitas intensitas. Gaya bahasa ini di mulai
dari puncak makin lama makin ke bawah.
Contoh:
a. Bagi milyader bakhlil, jangankan menyumbang jutaan
rupiah, seratus ribu, lima puluh ribu, sepuluh ribu, seribu rupiah pun ia
enggan, masih dihitung-hitung.
b. Jauh sebelum memperoleh mendali emas dalam Olimpiade
Athena 2004 cabang bulutangkis, Taufik Hidayat niscaya telah menjadi juara
nasional dan sebelumnya juga tingkat propinsi, kabupaten, malahan pula tingkat
kecamatan, desa, RT/RW.
3. Paralelisme adalah
gaya bahasa berupa penyejajaran antara frase-frase yang menduduki fungsi yang
sama.
Contoh: Kriminalitas dan kemaksiatan itu akan menyengsarakan
banyak orang, membuat menderita kurban-kurbannya.
4. Antitesis adalah
gaya bahasa yang menghadirkasn kelompok-kelompok kata yang berlawanan maksud.
Contoh:
Kau yang berjanji kau pula yang mengingkari
Di timur matahari terbit dan di barat ia tengggelam
5. Repetisi adalah
gaya bahasa dengan jalan mengulang penggunaan kata atau kelompok kata tertentu.
Contoh:
-Seumpama eidelwis akulah cinta abadi yang tidak akan pernah layu
-Seumpama merpati akulah kesetiaan yang tidak pernah ingkar janji
-Seumpama embun akulah kesejukan yang membasuh hati yang lara
-Seumpama samudra akulah kesabaran yang menampung keluh kesah segala muara
6. Aliterasi adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi konsonan.
Contoh:
- Widyawan Wisik Wahyu Wastika suka menekuni spiritualitas.
-Sahabatku bernama Fajar Firman Firdaus Filosofi.
-Jadilah jantan jujur jenius!
-Nama mahasiswi itu Cici Cantika Cangggih Cendikiawati
7. Asonansi adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal
Contoh:
Gita Cinta dari SMA, lagu rindu dari SMU
Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu
-Seumpama eidelwis akulah cinta abadi yang tidak akan pernah layu
-Seumpama merpati akulah kesetiaan yang tidak pernah ingkar janji
-Seumpama embun akulah kesejukan yang membasuh hati yang lara
-Seumpama samudra akulah kesabaran yang menampung keluh kesah segala muara
6. Aliterasi adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi konsonan.
Contoh:
- Widyawan Wisik Wahyu Wastika suka menekuni spiritualitas.
-Sahabatku bernama Fajar Firman Firdaus Filosofi.
-Jadilah jantan jujur jenius!
-Nama mahasiswi itu Cici Cantika Cangggih Cendikiawati
7. Asonansi adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal
Contoh:
Gita Cinta dari SMA, lagu rindu dari SMU
Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu
8. Anastrof
adalah gaya bahasa berupa pembalikan susunan kalimat dari pola yang lazim,
biasanya dari subjek-predikat jadi predikat-subjek
Contoh:
Terlalu kecil anak itu untuk bekerja seberat itu
Berbahagialah wisudawan-wisudawati dalam perayaan yang diadakan
di kampus mereka.
9. Apofasis/preterisio
adalah gaya bahasa yang dipakai oleh pengarang untuk menyampaikan sesuatu yang
megandung unsur kontradiksi, kelihatannya menolak tapi sebenarnya menerima,
kelihatannya memuji tapi sebenarnya mngejek, nampaknya membenarkan tapi
sebenarnya menyalahkan, kelihatannya merahasiakan tapi sebenarnya membeberkan.
Contoh :
- Jangan repot-repot membawa sesuatu ke sini, tapi tidak
baik bukan kalau orang menolak rejeki?
10. Apostrof
adalah gaya bahasa berupa pengalihan pembicaraan kepada benda atau sesuatu yang
tidak bisa berbicara kepada kita terutama kepada tokoh yang tidak hadir atau
sudah tiada, dengan tujuan lebih menarik atau memberi nuansa lain.
Contoh:
- Hai burung-burung betapa merdu nyanyianmu, wahai
bunga-bunga betapa indah dan semerbak aromamu, wahai embun pagi, betapa jernih
berkilau kamu laksana butiran-butiran intan tertimpa hangat sinar surya.
11. Asidenton
adalah gaya bahasa dengan jalan menghadirkan kata/frasa yang berfungsi sama,
berkedudukan sejajar tanpa menggunakan kata penghubung hanya menggunakan koma.
Contoh:
Untuk menjadi insan kamil, kita harus punya imtak yang
prima, iptek yang andal, akhlak yang solid, amal salih yang semarak produktif
banyak berkarya, kreatif penuh cipta.
12. Polisidenton
adalah gaya bahasa berupa penyampaian sesuatu dengan menggunakan kata sambung
secara berulang.
Contoh:
- Kita harus giat menuntut ilmu dari berbagai sumber agar
cerdas cendikia agar berwawasan luas agar bisa bnyak berkiprah agar tidak
ketinggalan zaman.
13. Kiasmus
adalah gaya bahasa yang terdiri dari dua klausa yang berimbang namun
dipertentangkan satu sama lain.
Contoh:
Sebenarnya mereka orang-orang yang sabar, namun akhirnya
berontak terhadap orang-orang yang terus mengencetnya.
14. Elipsis adalah
gaya bahasa berupa penyusunan kalimat yang mengandung kata-kata yang sengaja
dihilangkan yang sebenarnya bisa diisi oleh pembaca/penyimak.
Contoh:
- Apa saja yang ada di dunia serta berpasangan ada siang ada
………, ada baik ada…….., ada terang ada ………, ada pertemuan ada …….., roda
berputar kadang di atas kadang........
15. Eufemisme
adalah gaya bahasa berupa pengungkapan yang sifatnya menghaluskan supaya tidak
menyinggung perasaan, tidak terasa tajam.
Contoh:
-Karena melakukan sesuatu yang kurang pas, Pak Bandot
akhirnya dikenai pensiun dini.
(Terlibat skandal, korupsi, dipecat, di PHK)
16. Litotes
adalah gaya bahasa yang sifatnya merendahkan diri, tidak sesuai dengan
kenyataan yang sesungguhnya namun tidak punya maksud agar orang percaya dengan
hal itu, pembicara/penyimak tahu apa yang sebenarnya ia maksudkan.
Contoh:
-Kalau Anda tidak keberatan, mampirlah ke gubuk kami di
Jalan Pemuda No. 100 Surakarta.
17. Histeron Proteron
adalah gaya bahasa berupa penyusunan kalimat yang mengandung pembalikan dari
logika yang wajar.
Contoh:
-Pegang teguhlah sifat jujur maka kamu bakal hancur,
bertindaklah adil maka justru kamu akan terpencil.
18. Tautologi
adalah sarana retorika yang menyatakan sesuatu secara berulang dengan kata-kata
yang maknanya sama supaya diperoleh pengertian yang lebih mendalam, misalnya:
Tak ada badai tak ada topan, tiba-tiba saja ia marah.
19. Pleonasme
adalah sarana retorika semacam tautologi dengan kata kedua yang sudah
dijelaskan oleh kata pertama.
Contoh:
Silakan maju ke depan, setelah itu naik ke atas.
20. Perifrasis
adalah gaya bahasa sejenis pleonasme yang merupakan keterangan berulang namun
proporsinya lebih banyak daripada yang sebenarnya.
Contoh:
Dengan sungguh terpaksa karena tak berdaya, tidak punya
kekuatan apa-apa tidak bisa berbuat dan melakukan sesuatu saya hanya diam saja
ketika kawanan perampokitu menggasak dan menguras ludes barang-barang berharga
di rumah sebelah.
21. Prolepsis/antisipasi
adalah gaya bahasa berupa kalimat yang diawali dengan kata-kata yang sebenarnya
baru ada setelah suatu peristiwa terjadi.
Contoh:
-Pada tahun 571 Masehi di Mekah, lahirlah seorang Nabi Besar
bernama Muhammad S.A.W.
22.
Erotesis/pertanyaan retoris adalah gaya bahasa berupa pengajuan pertanyaan
untuk memperoleh efek mengulang tanpa menghendaki jawaban, karena jawabannya
sudah tersirat di sana. Gaya bahasa ini acap digunakan oleh para orator.
Contoh:
Biaya pendidikan di Perguruan Tinggi sangat mahal. Bisakah
rakyat kecil menyekolahkan anaknya sampai ke sana? Siapa yang bisa berkuliah
kalau bukan kaum berada?
23. Silepsis dan
Zeugma adalah gaya bahasa berupa konstruksi rapatan yang diikuti dengan
kata-kata yang tidak sejenis atau tidak relevan atau hanya tepat untuk salah
satunya.
Contoh:
Saya menyukai musik dan ketulusan hati.
24. Koreksio/Epanotesis
adalah gaya bahasa berupa pernyataan yang terkesan meyakinkan, namun disadari
mengandung kesalahan. Atas kesalahan itu lalu dilakukan pembetulan.
Contoh:
Dalam dunia sastra, kita mengenal Pelopor Angkatan ’45 yaitu
Rendra, ah bukan, bukan Rendra, yang benar adalah Chairil Anwar.
25. Hiperbola
adalah gaya bahasa berupa pernyataan yang sengaja dibesar-besarkan dan dibuat
berlebihan.
Contoh:
- Bertemu kamu sayang, wahai sahabatku yang elok dan indah,
syahdu, hati berbunga-bunga sejuta rasanya terbang melayang di angkasa bahagia.
26. Paradoks
adalah gaya bahasa berupa pernyataan yang mengandung kontras/pertentangan,
namun ternyata mengandung kebenaran.
Contoh:
-Betapa banyak orang yang dalam kesendiriannya merasa
kesepian di kota sehiruk-pikuk Jakarta.
27. Oksimoran
adalah gaya bahasa semacam paradoks yang lebih singkat dan padat, mengandung
kata-kata yang berlawanan arti dalam frase yang sama.
Contoh:
-Dia milyander miskin karena sangat pelitnya
28. Persamaan/simile
adalah bahasa kiasan berupa pernyataan satu hal dengan hal lain dengan
menggunakan kata-kata pembanding.
Contoh:
-Bersabarlah seperti samudra yang mampu menampug keluh kesah
segala muara.
29. Metafora
adalah bahasa kiasan sejenis perbandingan namun tidak menggunakan kata
pembanding. Di sini perbandingan dilakukan secara langsung tanpa kata sejenis
bagaikan, ibarat, laksana, dan semacamnya.
Contoh:
Kesabaran adalah bumi
Kesadaran adalah matahari
Keberanian menjelma kata-kata
Dan perjuangan adalah pelaksana kata-kata(sebuah bait dalam
puisi Rendra)
30. Alegori
adalah kata kiasan berbentuk lukisan/cerita kiasan, merupakan metafora yang
dikembangkan.
Contoh:
Sanjak “Menuju Ke Laut” karya Sutan Takdir Alisyahbana.
Biasanya bersifat simbolis
31. Parabel
(Parabola) adalah gaya bahasa berupa cerita-cerita fiktif dengan tokoh
manusia dengan tema moral yang kental.
Contoh:
Hikayat Kalilah dan Daminah
32. Fabel adalah
metafora berbentuk cerita dengan tokoh-tokoh binatang yang esensinya
menggambarkan perilaku dan karakter manusia.
Contoh:
Dongeng Kancil dengan Buaya, Kancil dengan Harimau dan
lain-lain.
33. Personifikasi/Penginsanan
adalah gaya bahasa yang mempersamakan benda-benda dengan manusia, punya sifat,
kemampuan, pemikiran, perasaan, seperti yang dimiliki dan dialami oleh manusia.
Contoh:
-Indonesia menangis, duka nestapa Aceh memeluk erat sanubari
bangsaku.
34. Alusio adalah
gaya bahasa yang menampilkan adanya persamaan dari sesuatu yang dilukiskan yang
sebagai referen sudah dikenal pembaca.
Contoh:
Bung Karno – Bung Karno kecil menunjukkan kebolehannya dalam
lomba pidato membawakan fragmen “Di Bawah bendera Revolusi”.
35. Eponim adalah
gaya bahasa berupa penyebutan nama-nama tertentu untuk menyatakan suatu sifat
atau keberadaan.
Contoh:
Silakan Aa Gym Ketua Rois kita menyampaikan kultum!
36. Epitet adalah
gaya bahasa berupa frasa reskriptif untuk menggantikan nama seseorang,
binatang, atau suatu benda.
Contoh:
Raja siang bertahta di angkasa raya (=Matahari)
-Penyair si Burung Merak masih kreatif tampil membaca
puisi-puisinya pada usia menjelang 70 tahun. (=Rendra)
37. Sinekdoke
adalah bahasa kiasan dengan cara menyebutkan sesuatu bisa sebagian untuk
menyatakan keseluruhan (pars pro toto), bisa pula sebaliknya keseluruhan
digunakan untuk menyebut yang sebagian (totum pro parte)
Contoh totum pro parte:
Karya-karya menjadi cindera mata bagi dunia
Contoh pars pro toto:
Korban gelombang Tsunami 26 Desember 2004 mencapai 100 jiwa
lebih.
38. Metonemia adalah
bahasa kiasan dalam bentuk penggantian nama atas sesuatu.
Contoh:
Panda banyak terdapat di negeri Tirai Bambu.
39. Antonomasia
adalah gaya bahasa berupa penyebutangelar resmi dan semacamnya untuk
menggantikan nama diri.
Contoh:
Megawati Soekarno Putri dan Meutia Hatta adalah
puteri-puteri Sang Proklamator yang aktif di bidang pemerintahan.
40. Hipalase
adalah gaya bahasa yang mengandung pemakaian kata yang menerangkan kata yang
bukan sebaharusnya.
Contoh:
Di hari yang berbahagia ini jangan lupa mensyukuri segenap
nikmat karuna Allah.
41. Ironi/sindiran
adalah gaya bahasa berupa penyampaian kata-kata denga berbeda dengan maksud
dengan sesungguhnya, tapi pembaca/pendengar, di harapkan memahami maksud
penyampaian itu.
contoh:Kuakui, kutu buku yang satu ini memang berpengetahuan
luas sekali.
42. Sinisme hakikatnya
sama dengan ironi namun biasanya lebih keras.
Contoh:
Tanpa belajar pun, kalau anak jenius seperti kamu tentu bisa mengerjakan soal-soal ujian dengan hasil memuaskan.
Tanpa belajar pun, kalau anak jenius seperti kamu tentu bisa mengerjakan soal-soal ujian dengan hasil memuaskan.
43. Sarkasme merupakan
gaya bahasa berupa pengucapan-pengucapan yang kasar, caci maki sebagai
ekspresi, amarah yang membuat yang terkena sakit hati.
Contoh:
Dasar otak udang! Mana mungkin bisa kau kerjakan soal itu!
Dasar otak udang! Mana mungkin bisa kau kerjakan soal itu!
44. Satire adalah
gaya bahasa sejenis ironi yang mengandung kritik atas kelemahan manusia agar
terjadi kebaikan . tidak jarang satire muncul dalam bentuk puisi yang
mengandung kegetiran tapi ada kesadaran untuk berbenah diri.
Contoh:
Aku lalai di pagi hari
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu miskin harta
(Bait II puisi “Menyesal” karya M. Ali Hasymi)
Aku lalai di pagi hari
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu miskin harta
(Bait II puisi “Menyesal” karya M. Ali Hasymi)
45. Inuedo adalah
gaya bahasa berupa sindiran dengan cara mengecilkan kenyataan yang
sesungguhnya, mengandung kritik tidak langsung.
Contoh:
Hanya dengan sedikit melakuan KKN, banyak pejabat menjadi milyander.
Hanya dengan sedikit melakuan KKN, banyak pejabat menjadi milyander.
46. Antifrasis adalah
gaya bahasa sejenis iron dengan menggunakan kata yang maknanya berlawanan
dengan realita yang ada.
Contoh:
Alangkah sabar dan penyayangnya majikan itu terhadap pembantu-pembantunya yang selalu berganti-ganti karena tidak tahan. (pemarah dan pelit)
Alangkah sabar dan penyayangnya majikan itu terhadap pembantu-pembantunya yang selalu berganti-ganti karena tidak tahan. (pemarah dan pelit)
47. Paronomasia
adalah gaya bahasa dengan menggunakan permainan kata-kata yang artinya sangat
berlainan.
Contoh:
Ada gempa dahsyat, suasana genting. Genting-genting rumah
pun berjatuhan pecah berderai.