Minggu, 08 April 2012

Pengertian Dan Sejarah Teori Objektif

ganz 08/04/2012
TEORI OBJEKTIF

1. Pengertian
Teori objektif merupakan teori sastra yang memandang karya sastra sebagai dunia otonom, sebuah dunia yang dapat melepaskan diri dari siapa pengarangnya, dan lingkungan sosial budayanya. Karya sastra harus dilihat sebagai objek yang mandiri dan menonjolkan karya sastra sebagai struktur verbal yang otonom dengan koherensi intern. Dalam teori ini terjalin secara jelas antara konsep-konsep kebahasaan (linguistik) dengan pengkajian karya sastra itu sendiri, baik secara metaforis maupun secara elektis. Istilah lain dari teori objektif adalah teori struktural.

Menurut Para Ahli:
1.) Aristoteles
Telah diperkenalkan oleh Aristoteles dengan konsep wholeness, unity, complexity, dan coherence. Suatu penilaian dikatakan objektif bila penilaian itu bertolak dari suatu nilai atau konvensi yang terlepas dari segi pembaca. Sehingga, nilai itu adalah nilai yang ada dalam teks sastra, dan bukan nilai yang ada dalam opini pembaca itu sendiri.
2).Taine
Menurut Taine, sastra tidak hanya sekedar karya yang bersifat imajinatif dan pribadi, melainkan dapat pula merupakan cerminan atau rekaman budaya, suatu perwujudan pikiran tertentu pada saat karya itu dilahirkan.
3.) Jacobson
Jacabson merumuskan bahwa karya sastra adalah ungkapan yang terarah pada ragam yang melahirkannya atau fungsi puitik memusatkan perhatiannya pada pesan dan demi pesan itu sendiri.
4). Ferdinand de Saussure
Pendekatan struktur secara langsung atau tidak langsung sebenarnya banyak dipengaruhi oleh konsep struktur linguistik yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure, yang intinya berkaitan dengan konsep sign dan meaning (bentuk dan isi).
5). Luxemburg
Luxemburg memiliki konsep signifiant- signified dan paradigma- syntagma. Pengertiannya adalah tanda atau bentuk bahasa merupakan unsure pemberi arti dan yang diartikan. Dari dua unsur itulah akan dapat dinyatakan sesuatu yang berhubungan dengan realitas. Karena itu, untuk memberi makna atau memahami makna yang tertuang dalam karya sastra, penelaah harus mencarinya berdasarkan telaah struktur, yang dalam hal ini terefleksi melalui unsure bahasa.
6). Terry Eagleton
Mengungkapkan bahwa setiap unit dari struktur yang ada, hanya akan bermakna jika dikaitkan hubungannya dengan struktur lainnya. Hubungan tersebut bisa merupakan hubungan pararelisme, pertentangan, inversi, dan kesetaraan. Yang terpenting adalah bagaimana fungsi hubungan tersebut dalam menghadirkan makna secara keseluruhan.

2. Sejarah
       Teori objektif yang di dalamnya terdapat pendekatan struktur (pendekatan objektif= strukturalisme), tidaklah dapat dilepaskan dari peran kaum Formalis. Pendekatan struktur itu sendiri sebenarnya sejak jaman Yunani sudah dikenalkan oleh Aristoteles dengan konsep wholeness, unity, complexity, dan coherence.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa mencuatnya pendekatan struktur tidaklah lepas dari peranan kaum Formalis. Maka, kaum Formalis dipandang sebagai peletak dasar telaah sastra dengan pendekatan ilmu modern. Ciri khas penelitian sastra kaum Formalisme ialah penelitiannya terhadap apa yang merupakan sesuatu yang khas dalam karya sastra yang terdapat dalam teks bersangkutan. Ciri khas penelitiannya terhadap apa yang merupakan sesuatu yang khas dalam karya sastra yang terdapat dalam teks bersangkutan. 

          Dalam hal ini, nilai estetik suatu karya sastra seperti yang dikemukakan oleh tokoh utamanya Jacobson, adalah didasarkan pada poetic function yang diolah berdasarkan kode metrum, rima, macam-macam bentuk paralelisme, pertentangan, kiasan, dan sebagainya. Dengan kata lain, Jacobson merumuskan bahwa karya sastra adalah ungkapan yang terarah pada ragam yang melahirkannya atau fungsi puitik memusatkan perhatiannya pada pesan dan demi pesan itu sendiri.

       Dalam hal ini, karya sastra harus dipandang sebagai sebuah struktur yang berfungsi. Sebagai sebuah karya yang bersifat imajinatif, bisa saja hubungan penanda dan petanda merupakan suatu hubungan yang kompleks. Dalam karya yang lebih luas, misalnya saja novel, stuktur tidak hanya hadir melalui kata dan bahasa, melainkan dapat dikaji berdasarkan unsur-unsur pembentuknya seperti tema, plot, karakter, seting, point of view, dan lainnya. Untuk mengetahui keseluruhan makna, maka unsur-unsur tersebut harus dihubungkan satu sama lain. Apakah struktur tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh, saling mengikat, saling menopang yang kesemuanya memberikan nilai kesastraan tinggi. Telaah semacam inilah yang ditekankan oleh kaum strukturalisme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar