Rabu, 12 September 2012

Contoh Kajian Objektif, Struktural, Dan Semiotik Dalam Puisi Taman

ganz, 12/09/2012

PUISI :


TAMAN
Taman punya kita berdua
tak lebar luas, kecil saja
satu tak kehilangan lain dalamnya.
Bagi kau dan aku cukuplah

Taman kembangnya tak berpuluh warna

Padang rumputnya tak berbanding permadani

halus lembut dipijak kaki.

Bagi kita bukan halangan.

Karena

dalam taman punya berdua

Kau kembang, aku kumbang

aku kumbang, kau kembang.

Kecil, penuh surya taman kita

tempat merenggut dari dunia dan ‘nusia

PEMBAHASAN
1. Objektif
1. Bunyi
Dalam “Taman” terdapat asonansi a yang dominan khususnya terdapat pada baris pertama hingga kelima:
Taman punya kita berdua
tak lebar luas, kecil saja
satu tak kehilangan yang lain dalamnya
Bagi kau dan aku cukuplah
Taman kembangnya tak berpuluh warna
Aliterasi bunyi liquida; l juga ikut memperindah puisi ini terdapat pada:
tak lebar luas, kecil saja
satu tak kehilangan yang lain dalamnya
Juga terdapat aliterasi d tiga kali berturut-turut terdapat baris terakhir:
dari dunia dan ‘nusia
sedangkan dalam bait 11 penggunaan bunyi sengau yang dipadu-kan dengan asonansi menghasilkan bunyi yang merdu (efoni):
Kau kembang, aku kumbang
Hal ini memperkuat bahwa puisi ini menggambarkan suasana yang ceria.
2. Irama
Irama yang terdapat dalam “Taman” ini adalah dengan membuat perulangan:
Kau kembang, aku kumbang
aku kumbang, kau kembang.
Irama yang berbentuk ritme juga terbentuk karena adanya pengkombinasian yang selaras dan cocok: lebar luas (baris 2), halus lembut (baris 7); selain itu, ritme juga dibentuk dengan adanya pemendekan (pemenggalan) kata dari kata manusia menjadi ‘nusia. Dengan adanya irama ini, jelas puisi lebih terdengar merdu dan mudah untuk dibaca.
3. Kata
1. Kosa Kata
Pemilihan kata yang digunakan dalam “Taman” merupakan bahasa yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga hal ini dapat memberi efek realistis, mudah diterima dan lebih mudah dicerna oleh pembaca.
2. Pemilihan Kata (diksi)
Mengapa Chairil memilih kata ‘punya’ dalam baris pertama, bukan menggunakan kata ‘milik’? jika menggunakan ‘milik’
tidak ada unsur satu kesatuan yang saling memiliki, karena yang memiliki hanya kita, kita yang memiliki taman. Sedangkan jika menggunkan kata ‘punya’ akan menjadi lebih menyatu antara ‘taman’ dengan ‘kita’, karena selain berarti ‘kita’ yang mempunyai ‘taman’ namun juga ‘taman’ yang ‘punya’ (memiliki) ‘kita berdua’.
Pemilihan kata “padang rumput” padahl sudah dikatan bahwa ‘tamannya’ ‘kecil saja’ tapi mengapa digunakan kata ‘padang’ yang dimana hal ini secara tidak langsung menunjukkan tempat yang luas. Hal ini kaena Sang “Binatang Jalang” ingin menunjukkan ‘rumput’ yang dimaksud adalah rumput hiasan yang merupakan bagian dari tamannya, bukan rumput liar pengganggu (gulma).
3. Makna Denotasi dan Konotasi
Dalam puisi, sebuah kata tidak hanya mengandung aspek denotasi saja namun juga ada aspek konotasi yang asosiasi-asosiasi yang keluar dari denotasinya.
Taman: adalah suatu tempat yang indah yang dihiasi dengan tumbuhan, namun dalam hal ini mempunyai makna konotasi sebagai ‘rumah’.
Tak kehilangan: saling melengkapi, antara yang satu dengan yang lain saling melengkapi antar penghuni didalamnya.
Kembangnya tak berpuluh warna: hiasan/perabotan tidak banyak.
Kau Kembang: kembang disini tidak lagi berarti hiasan namun berarti Istri karena dilanjutkan dengan kata selanjutanya;
Aku Kumbang: kumbang disini bisa berarti suami, jelas jika bahwa kembang adalah sang wanita dan kumbang adalah sang pria yang saling membutuhkan.
Penuh Surya: penuh dengan cahaya yang berarti penuh dengan keceriaan.
Merenggut: meninggalkan.
 4. Gaya Bahasa (Majas)
  *  Metafora:
Kau kembang, aku kumbang
aku kumbang, kau kembang
dalam sajak itu, ‘Kau’ disamakan dengan kembang (bunga) sedangkan ‘aku’ disamakan dengan kumbang.
*Sinekdoke totem pro parte:
Kecil penuh surya taman kita
Yang dimaksud dengan surya sebenarnya hanyalah cahayanya saja, bukan surya atau mataharinya yang memenuhi rumah.
        *Metonimia:
Tempat merenggut dari dunia dan ‘nusia
Dunia dan manusia diartikan sebagai kesibukan yang harus dijalani.
5. Pencitraan
       *Citra penglihatan
tak lebar luas, kecil saja
Taman kembangnya tak berpuluh warna
 *Citra perabaan:
Halus lembut dipijak kaki

2. Struktural
1.         Diksi
Pilihan kata yang digunakan dalam puisi “Taman” ini sangat lugas dan berterung terang dalam kejujuran walau tak mengesampingkan penggunaan kata yang bermakna konotasi di dalamnya.
Penggambaran diri penyair dengan pasangannya, yang ditegaskan dengan kata-kata yang ringan namun dalam.
2.         Bahasa Khiasan
Ini berkaitan erat dengan diksi. Memang, penggambarannya secara lugas dan berterus terang namun tak dapat dipungkiri akan adanya penggunaan kata bermakna konotasi yang semakin menegaskan keindahan serta unsur sastra dalam puisi ini
3.         Citraan
Puisi ini memfokuskan keadaan dalam suatu “lingkungan” yang digambarkan sebagai taman oeh penyair yang tentu saja memiliki suatu maksud tempat itu sendiri. Tempat itu menjadi titik tolak kebersamaan antara penyair dan orang yang digambarkan penyair berada bersama-sama dengannya dalam suatu lingkungan itu. Penggambaran akan kebersamaan berdua, di tempat yang sesuai dengan konsep pikiran penyair itu sendiri, sebagai suatu tempat yang tak luas, tapi cukup untuk bersama dan saling melengkapi
4.         Analisis Hermeuristik
Puisi ini menunjukkan ungkapan kebahagiaan hati dari peyair yang ditumpahkan lewat goresan tangan. Bertujuan untuk menyentuh setiap hati dari orang yang mendengar ataupun membaca puisi ini. Lewat keromantisan tulisan, diharapkan akan hadirnya sentuhan imajinasi terhadap apa yang disajikan penyair.

3. Semiotik
1.   Lapis Bunyi
Yang dimaksud adalah bagaimana bunyi yang digambarkan penyair terhadap pembaca atau pendengar lewat puisi karyanya. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan situasi romantic dan penuh penghayatan terhadap situasi serta lingkungan yang tengah dihadapinya.
2.    Lapis makna atau arti
Puisi ini sarat dengan makna cinta yang dalam serta keinginan untuk menyatukan kebahagiaan di suatu tempat dala hal ini “taman” yang digambarkan oleh penyair.
3.    Lapis Objek
Yang dijadikan objek dalam puisi ini adalah penyair itu sendiri dan pasangannya yang ia gambarkan dalam puisi ini sebagai kembang dan kumbang
4.    Lapis Dunia
Sikap penyair terhadap pokok persoalan atau inti yang digambarkan penyair itu sendiri dalam puisinya. Dalam hal ini penyair mengangkat tentang cinta yang mendunia namun tetap dengan ciri khasnya dan dengan kebahagiaan menurut caranya sendiri
5.    Lapis Metafisis
Pada kalimat-kalimatdalam puisi terlihat penyair tidak memaksakan atau menuntut suatu keadaan tertentu melainkan hanya menggambarkan  apa yang berada dalam pikiran penyair itu sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar