PUISI :
TAMAN
Taman punya kita berdua
tak lebar luas, kecil saja
satu tak kehilangan lain dalamnya.
Bagi kau dan aku cukuplah
Taman kembangnya tak berpuluh warna
Padang rumputnya tak berbanding permadani
halus lembut dipijak kaki.
Bagi kita bukan halangan.
Karena
dalam taman punya berdua
Kau kembang, aku kumbang
aku kumbang, kau kembang.
Kecil, penuh surya taman kita
tempat merenggut dari dunia dan ‘nusia
tak lebar luas, kecil saja
satu tak kehilangan lain dalamnya.
Bagi kau dan aku cukuplah
Taman kembangnya tak berpuluh warna
Padang rumputnya tak berbanding permadani
halus lembut dipijak kaki.
Bagi kita bukan halangan.
Karena
dalam taman punya berdua
Kau kembang, aku kumbang
aku kumbang, kau kembang.
Kecil, penuh surya taman kita
tempat merenggut dari dunia dan ‘nusia
PEMBAHASAN
1. Objektif
1. Bunyi
Dalam “Taman” terdapat asonansi a yang dominan khususnya
terdapat pada baris pertama hingga kelima:
Taman punya
kita berdua
tak lebar
luas, kecil saja
satu tak
kehilangan yang lain dalamnya
Bagi kau dan
aku cukuplah
Taman
kembangnya tak berpuluh warna
Aliterasi
bunyi liquida; l juga ikut memperindah puisi ini terdapat pada:
tak lebar
luas, kecil saja
satu tak
kehilangan yang lain dalamnya
Juga
terdapat aliterasi d tiga kali berturut-turut terdapat baris terakhir:
dari dunia
dan ‘nusia
sedangkan
dalam bait 11 penggunaan bunyi sengau yang dipadu-kan dengan asonansi menghasilkan
bunyi yang merdu (efoni):
Kau kembang,
aku kumbang
Hal ini
memperkuat bahwa puisi ini menggambarkan suasana yang ceria.
2. Irama
Irama yang
terdapat dalam “Taman” ini adalah dengan membuat perulangan:
Kau kembang,
aku kumbang
aku kumbang,
kau kembang.
Irama yang berbentuk ritme juga terbentuk karena adanya
pengkombinasian yang selaras dan cocok: lebar luas (baris 2), halus lembut
(baris 7); selain itu, ritme juga dibentuk dengan adanya pemendekan
(pemenggalan) kata dari kata manusia menjadi ‘nusia. Dengan adanya irama ini,
jelas puisi lebih terdengar merdu dan mudah untuk dibaca.
3. Kata
1. Kosa Kata
Pemilihan kata yang digunakan dalam
“Taman” merupakan bahasa yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari
sehingga hal ini dapat memberi efek realistis, mudah diterima dan lebih mudah
dicerna oleh pembaca.
2. Pemilihan Kata
(diksi)
Mengapa Chairil memilih kata ‘punya’
dalam baris pertama, bukan menggunakan kata ‘milik’? jika menggunakan ‘milik’
tidak ada unsur satu kesatuan yang
saling memiliki, karena yang memiliki hanya kita, kita yang memiliki taman.
Sedangkan jika menggunkan kata ‘punya’ akan menjadi lebih menyatu antara
‘taman’ dengan ‘kita’, karena selain berarti ‘kita’ yang mempunyai ‘taman’
namun juga ‘taman’ yang ‘punya’ (memiliki) ‘kita berdua’.
Pemilihan kata “padang rumput” padahl
sudah dikatan bahwa ‘tamannya’ ‘kecil saja’ tapi mengapa digunakan kata
‘padang’ yang dimana hal ini secara tidak langsung menunjukkan tempat yang
luas. Hal ini kaena Sang “Binatang Jalang” ingin menunjukkan ‘rumput’ yang
dimaksud adalah rumput hiasan yang merupakan bagian dari tamannya, bukan rumput
liar pengganggu (gulma).
3. Makna Denotasi dan
Konotasi
Dalam puisi, sebuah kata tidak hanya
mengandung aspek denotasi saja namun juga ada aspek konotasi yang asosiasi-asosiasi
yang keluar dari denotasinya.
Taman: adalah suatu tempat yang indah
yang dihiasi dengan tumbuhan, namun dalam hal ini mempunyai makna konotasi
sebagai ‘rumah’.
Tak kehilangan: saling melengkapi,
antara yang satu dengan yang lain saling melengkapi antar penghuni didalamnya.
Kembangnya tak berpuluh warna:
hiasan/perabotan tidak banyak.
Kau Kembang: kembang disini tidak
lagi berarti hiasan namun berarti Istri karena dilanjutkan dengan kata
selanjutanya;
Aku Kumbang: kumbang disini bisa
berarti suami, jelas jika bahwa kembang adalah sang wanita dan kumbang adalah
sang pria yang saling membutuhkan.
Penuh Surya: penuh dengan cahaya yang
berarti penuh dengan keceriaan.
Merenggut: meninggalkan.
4. Gaya Bahasa (Majas)
* Metafora:
Kau kembang, aku kumbang
aku kumbang, kau kembang
dalam sajak itu, ‘Kau’ disamakan
dengan kembang (bunga) sedangkan ‘aku’ disamakan dengan kumbang.
*Sinekdoke totem pro parte:
Kecil penuh surya taman kita
Yang dimaksud dengan surya sebenarnya
hanyalah cahayanya saja, bukan surya atau mataharinya yang memenuhi rumah.
*Metonimia:
Tempat merenggut dari dunia dan ‘nusia
Dunia dan manusia diartikan sebagai kesibukan yang harus
dijalani.
5. Pencitraan
*Citra
penglihatan
tak lebar luas, kecil saja
Taman kembangnya tak berpuluh warna
*Citra perabaan:
Halus lembut dipijak kaki
2. Struktural
1.
Diksi
Pilihan
kata yang digunakan dalam puisi “Taman” ini sangat lugas dan berterung terang
dalam kejujuran walau tak mengesampingkan penggunaan kata yang bermakna
konotasi di dalamnya.
Penggambaran
diri penyair dengan pasangannya, yang ditegaskan dengan kata-kata yang ringan
namun dalam.
2.
Bahasa Khiasan
Ini berkaitan erat dengan diksi. Memang, penggambarannya
secara lugas dan berterus terang namun tak dapat dipungkiri akan adanya penggunaan
kata bermakna konotasi yang semakin menegaskan keindahan serta unsur sastra
dalam puisi ini
3.
Citraan
Puisi
ini memfokuskan keadaan dalam suatu “lingkungan” yang digambarkan sebagai taman
oeh penyair yang tentu saja memiliki suatu maksud tempat itu sendiri. Tempat
itu menjadi titik tolak kebersamaan antara penyair dan orang yang digambarkan
penyair berada bersama-sama dengannya dalam suatu lingkungan itu. Penggambaran
akan kebersamaan berdua, di tempat yang sesuai dengan konsep pikiran penyair
itu sendiri, sebagai suatu tempat yang tak luas, tapi cukup untuk bersama dan
saling melengkapi
4.
Analisis Hermeuristik
Puisi ini menunjukkan ungkapan kebahagiaan hati dari peyair yang
ditumpahkan lewat goresan tangan. Bertujuan untuk menyentuh setiap hati dari
orang yang mendengar ataupun membaca puisi ini. Lewat keromantisan tulisan,
diharapkan akan hadirnya sentuhan imajinasi terhadap apa yang disajikan
penyair.
3. Semiotik
1.
Lapis Bunyi
Yang
dimaksud adalah bagaimana bunyi yang digambarkan penyair terhadap pembaca atau
pendengar lewat puisi karyanya. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan situasi
romantic dan penuh penghayatan terhadap situasi serta lingkungan yang tengah
dihadapinya.
2.
Lapis makna atau arti
Puisi
ini sarat dengan makna cinta yang dalam serta keinginan untuk menyatukan
kebahagiaan di suatu tempat dala hal ini “taman” yang digambarkan oleh penyair.
3.
Lapis Objek
Yang
dijadikan objek dalam puisi ini adalah penyair itu sendiri dan pasangannya yang
ia gambarkan dalam puisi ini sebagai kembang dan kumbang
4.
Lapis Dunia
Sikap
penyair terhadap pokok persoalan atau inti yang digambarkan penyair itu sendiri
dalam puisinya. Dalam hal ini penyair mengangkat tentang cinta yang mendunia
namun tetap dengan ciri khasnya dan dengan kebahagiaan menurut caranya sendiri
5.
Lapis Metafisis
Pada
kalimat-kalimatdalam puisi terlihat penyair tidak memaksakan atau menuntut
suatu keadaan tertentu melainkan hanya menggambarkan apa yang berada dalam pikiran penyair itu
sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar