Nama : GUNTUR MERUNTU
NIM : 11 314 115
Kelas : C
NIM : 11 314 115
Kelas : C
MK
: PENGKAJIAN DRAMA
TUGAS 1
1. Pengertian
pengkajian drama menurut kamus besar Bahasa Indonesia!
Jawab:
- Pengkajian : suatu proses menelaah, meneliti
atau mempelajari
- Drama : *
komposisi syair/prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan
dan watak melalui tingkah laku (akting)
/ dialog yang dipentaskan
* cerita atau kisah, terutama yang melibatkan
konflik hingga emosi, yang khusus disusun untuk dipentaskan
Jadi, pengkajian drama menurut kamus
besar bahasa Indonesia adalah suatu proses menelaah, meneliti atau mempelajari
cerita atau kisah yang melibatkan konflik hingga emosi yang khusus untuk
dipentaskan.
2. Pengertian
pengkajian drama menurut ahli sastra!
Jawab:
-
Aminudin (1995:39):
Kegiatan
mempelajari unsur-unsur dan hubungan antar unsur dalam karya sastra dengan
bertolak dari pendekatan, teori dan cara kerja tertentu
-
Talha Bachmid (1990:1-16):
Suatu proses
menelaah kaidah bentuk, seperti unsur alur dan pengaluran, tokoh dan penokohan,
latar ruang dan waktu serta perlengkapan, dalam kaitannya dengan bahasa
dramatic
-
Zaidan (2000)
Kegiatan
mempelajari salah satu ragam sastra dalam bentuk dialog yang dimaksudkan untuk
dipertnjukkan di atas pentas
3. Kesimuplan pengertian
pengkajian drama menurut diri sendiri!
Jawab:
Suatu
kegiatan menelaah unsur-unsur yag saling mendukung dan berkaitan dalam karya
sastra yang dipentaskan dengan berlandaskan pada teori, pendekatan serta pola
piker tertentu yang selaras dengan pengetahuan landasan.
TUGAS 2 : Mengkaji Drama.
Lakon
Remaja
Cahaya Rembulan
oleh
Rusmila
- Abdullah
(Lelaki)
- Fatimah
- Aisyah
- Hasan
- Bi Inah
- Lelaki
Berjubah Putih
- Bartender
- Teman
bartender
- Sopir
- Petugas
rumah sakit
PROLOG
LELAKI ITU DUDUK SENDIRIAN DI SUDUT PUB DENGAN SEBATANG ROKOK YANG
TERSELIP DI JEMARINYA. SEBENTAR-SEBENTAR BOLA MATANYA MENGERJAP SERAYA
MENGGELENG-GELENGKAN KEPALA, SEOLAH HENDAK MENGENYAHKAN PIKIRAN YANG MEMENUHI
ISI KEPALANYA. INGIN IA LARI DARI SEMUA PERSOALAN, MEMBEBASKAN DIRI DARI SEGALA
MACAM BEBAN YANG MENDERA. AKAN TETAPI, LELAKI ITU TAK PERNAH BERHASIL.
BABAK I
DI PUB BAR
ABDULLAH (Sambil setengah mabuk)
Hei …
bartender, tambaah lagi birnya!
BARTENDER
MENUANGKAN BIR KE GELAS LELAKI ITU
LELAKI (Meneguk bir di gelasnya dengan sempoyongan)
Ka … mu tau,
siapa saya he … he?
SAMBIL
MENEPUK DADA. BARTENDER HANYA TERSENYUM
LELAKI
Sa … ya, sa
… ya seorang lelaki sukses. Kamu, kamu
tau, perusahaan saya besaaar sekali. Istri saya artis top. Anak-anak saya
cantik dan ganteng.Saya punya uang banyak, berlimpah.
BERDIRI
SEMPOYONGAN. LELAKI ITU KEMBALI MEYODORKAN GELASNYA YANG SUDAH KOSONG.
BARTENDER (Memegang bahu lelaki)
Tuan sudah
mabuk, sepuluh gelas sudah cukup, Tuan.Sebaiknya Tuan pulang saja.
LELAKI (Menepis tangan bartender)
Pulang …?
Mabuk …? Akh, … kau gila. Aku tak mungkin mabuk. Aku ini ….
LELAKI
TERJATUH. SI BARTENDER DAN BEBERAPA
PEGAWAI PUB ITU SEGERA MENGGOTONG LELAKI ITU KELUAR. MEREKA MENCARI SOPIR LELAKI ITU YANG SETIAP
MALAM SETIA MENEMANINYA.
BARTENDER
Ini bos
Anda, bukan?
MENUNJUK
LELAKI YANG DIGOTONG TEMAN-TEMANNYA
SOPIR (Mengangguk)
Teler lagi,
Tuan? (Sambil membukakan pintu mobil,
Bartender dan kawan-kawannya meletakkan lelaki itu)
KAWAN
BARTENDER
Gila ya, bos
kamu itu, tiap malam tak pernah absen dari teler. Sudah, bawa pulang sana!
SOPIR :
Terimakasih
Tuan-tuan!
TANCAP GAS
DAN PERGI
BABAK II
DI MOBIL (DI
JALAN)
LELAKI
Eeh … eeh.Di
mana, aku? (Setengah sadar)
SOPIR
Bos, kita
akan pulang.
LELAKI
Pulang?. Ah, kau, Mir!
Memang aku punya rumah tempat aku bisa pulang?Memang ada yang menunggu
aku pulang?Paling-paling si Inah, istri kamu yang ada.
Mir, sudah,
kita muter ke pub aja lagi.
SOPIR (Memegang kepala)
Tuan, itu
tidak mungkin. Saya tidak mau diusir
sama pegawai pub.
LELAKI (Memelototkan mata)
Diusir? Hei
…, apa salah kamu, Mir?
SOPIR (bingung)
Anu, Tuan,
maksud saya, saya tidak mau kembali ke pub karena di tempat itu tadi saya lihat
banyak polisi.Saya takut kena razia atau diusir.
LELAKI (Melonggo)
Oo … oo …
oo! Kukira kau diusir. Kalau begitu kemana ja deh, Mir! Pokoknya aku tidak mau pulang.Rumah besar itu
seperti neraka buatku.
SOPIR
Baik, Tuan.
MOBIL YANG
DITUMPANGI LELAKI ITU MELAJU MEMBELAH MALAM.
TAK JELAS ARAH YANG MAU DITUJU. AMIR, SANG SOPIR. MEMBAWA
MOBIL ITU HANYA MENGIKUTI SUARA HATINYA SAJA. JIKA HARUS BERBELOK, MAKA IA
MEMBELOKKAN MOBILNYA. JIKA
HARUS BERHENTI IA PUN MENGHENTIKAN MOBILNYA. SEMENTARA,
LELAKI ITU TERTIDUR DENGAN LELAPNYA.
BABAK III
SEORANG
LELAKI BERPAKAIAN PUTIH (LBP) MEMUTAR-MUTAR BUTIR TASBIH MENDEKATI LELAKI ITU
DAN BERBICARA DENGAN SUARA YANG LIRIH.
LBP
Abdullah,
bangun! Bangun Abdullah! Bangun!
LELAKI (Terkejut, mundur ke tembok putih)
Si … si
…siapa engkau, wahai lelaki berjubah putih?
LBP
Aku adalah
Kamu, Abdullah.Aku adalah suara hatimu.Aku adalah nafasmu. Aku adalah Kamu …
LELAKI
Bohong.Kamu
hantu, iblis, syaitan. (Suara keras)
LBP
Abdullah!
Aku memang Kamu.Bagian lain dari hati nuranimu.Lihat … lihatlah aku dengan
seksama.
LELAKI
MEMANDANG LEKAT-LEKAT KE LBP
LBP
Abdullah, Kamu sudah sangat jauh tersesat. Apa yang Kamu cari? Semua sudah Kamu punya.Kamu menyiksa dirimu
sendiri.Mengapa Kamu begitu bodoh menjerumuskan dirimu? Sadarlah! Lihatlah dirimu, tanyalah hati
nuranimu.
LELAKI (Tertunduk, menggumam)
Iya, apa
yang kucari! Dunia sudah kuraih. Lalu
apa lagi?
LBP (Berbicara pelan)
Kedamaian dan iman.
Itulah yang hilang dan coba kamu cari.Dunia yang kamu raih ternyata
membuat dirimu lupa.Sadarlah dirimu.Kembali kekeluargamu. Di sana ada cinta yang kamu lupa. Dia bidadari yang selalu berdoa di tiap
malamnya. Pulanglah, Abdullah!
TIBA-TIBA
SOPIR MENGEREM MOBIL DENGAN MENDADAK DAN TERJAGALAH LELAKI ITU DARI MIMPINYA.
LELAKI (Melotot
marah)
Apa … apaan
kamu, Mir! Bawa mobil tidak
hati-hati.Aku belum mau mati.
SOPIR
Maaf, Tuan.
LELAKI (Dengan mata menerawang)
Mir, kita
pulang dan jangan bertanya.
SOPIR MEMUTAR MOBIL TANPA BERANI BERTANYA TENTANG
KEPUTUSAN PULANG TUANNYA
BABAK IV
DI RUMAH
LELAKI. KETIKA MOBIL LELAKI ITU MEMASUKI GERBANG SEBUAH RUMAH BESAR, SAYUP-SAYUP DIDENGARNYA SUARA MERDU ORANG
MENGAJI.
LELAKI (Wajah bingung)
Kamu tahu
suara apa itu, Mir?
SOPIR
Anu, Tuan.
Itu suara orang mengaji! Suara neng
Fatimah, Tuan.
LELAKI
Fatimah. Putri bungsuku?
(Masih heran)
Kapan dia
pulang?
SOPIR
Iya, Tuan
(sambil membuka pintu rumah)
Dia Sudah
pulang tiga hari yang lalu dari pondok pesantren.Tuan tidak bertemu dengannya?
SOPIR (Bergumam)
Bagaimana
bisa bertemu, jika sudah tiga hari ini
tuan tak pulang-pulang!
LELAKI
ITU BERJALAN MEMASUKI RUMAH BESARNYA. DIA
MENUJU KAMAR PUTRINYA – FATIMAH –
DI LANTAI TIGA RUMAHNYA. LELAKI ITU
MEMATUNG DI DEPAN PINTU KAMAR FATIMAH.
FATIMAH (Membaca
Q.S. Al-Baqorah : 1 – 7. Tiba-tiba matanya menangkap sesosok bayangan hitam di
depan pintu kamarnya).
Ayah?!Benarkah
Ayah?!
FATIMAH
BERLARI MENCIUM LENGAN AYAHNYA
LELAKI (Mengusap
kepala Fatimah)
Fatimah, anak
ayah (GUMAMNYA).
FATIMAH
Masuklah
ayah. Fatimah kangen sama ayah. Ayah kurusan
(memegang-memegang tubuh
ayah)
Sakit?
LELAKI
MENGGELENG LEMAH. FATIMAH MENUNTUN LELAKI ITU MASUK. MENDUDUKKANNYA. MELEPASKAN SEPATUNYA, BAJUNYA, DAN SELURUH
PAKAIANNYA, LALU BERLARI KE KAMAR MANDI MEMBAWA SATU BASKOM KECIL AIR. MENYEKA TUBUH LELAKI ITU. MEMAKAIKAN PAKAIAN
YANG BERSIH KEPADANYA.
LELAKI (Menangis)
Maafkan
ayah, Fatimah. Ayah … (tersedu-sedu)
FATIMAH
Ayah,
mengapa harus minta maaf? Manusia itu
tempatnya khilaf! Alhamdulillah, ayah
sudah pulang! Fatimah senang.
LELAKI (Tersedu-sedu).
Apa yang
kamu baca? Bolehkah ayah tahu..
FATIMAH
Al-Quran.Buku
Allah yang diberikan-Nya untuk dibaca manusia.Ayat yang Fatimah baca tadi
menerangkan tentang keberadaan Al-Quran.Itulah petunjuk dan pegangan hidup bagi
manusia. Ayah masih sering membacanya?
LELAKI (Menggeleng)
Ayah lupa
dengan-Nya.
FATIMAH (Menghapus air mata ayah).
Allah itu
maha pemaaf. Dia tak akan pernah
lupa pada hamba-Nya yang khilaf. Fatimah senang ayah pulang.Artinya, kita bisa
sahur bersama untuk menyongsong hari pertama Ramadhan tahun ini.Walaupun cuma
berdua.
LELAKI
Apa maksudmu
cuma berdua, Fatimah?.Bukankah ibumu juga kedua kakakmu ikut sahur bersama kita
malam ini?
HERAN
FATIMAH (Tertunduk dalam).
Ayah, Ibu …
BERHENTI
LELAKI
“Kenapa
dengan Ibumu?”
SETENGAH
MEMBENTAK
FATIMAH
Ibu, tadi
siang dibawa ke rumah sakit jiwa. Beliau
stress, ayah! Tadi beliau mengamuk hebat begitu tahu, mba Aisyah hamil dan mas
Hasan ditangkap polisi saat sedang pesta ganja dengan teman-temannya.
LELAKI
TERKULAI LEMAS
BABAK V
DI RUMAH
SAKIT JIWA, SETELAH MENJALANI PROSES
HUKUM, HASAN MENGALAMI
PERAWATAN INTENSIF DI TEMPAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN
OBAT. SELAMA ENAM BULAN DI SANA,
AKHIRNYA IA SEMBUH. SEMENTARA,
AISYAH TELAH MELAHIRKAN
SEORANG BAYI PEREMPUAN
YANG CANTIK. DAUD JUGA BERSEDIA BERTANGGUNG JAWAB
TERHADAP ANAK ITU.
FATIMAH TERUS MENGAJAR
AYAHNYA MENGAJI. RUMAH ITU
KEMBALI BERCAHAYA. MESKI IBU MASIH HARUS
DIRAWAT.SUATU SORE YANG CERAH. FATIMAH
LAGI ASYIK BERMAIN-MAIN DENGAN BAYI
KECIL AISYAH. TIBA-TIBA TERDENGAR BUNYI
TELEPON.
Kring … Kring … Kring
AISYAH (Setengah berteriak).
Bi Inah,
tolong angkat teleponnya.
BI INAH (Berlari-lari
kecil)
Iya,
Non. “Assalamualaikum”.Cari siapa?
BI INAH
TAMPAK MANGGUT-MANGGUT
AISYAH
Dari siapa,
Bi?
BI INAH
Anu, Non.
Dari rumah sakit tempat ibu dirawat.Katanya penting.
AISYAH (Beranjak
dari tempat duduknya)
Ya …, saya
anaknya ibu Khadijah. Ada apa, ya?
SUARA DI
TELEPON
(PEGAWAI RS)
Begini.Bisakah
Anda ke rumah sakit sekarang. Ada sesuatu dengan ibu Anda!
AISYAH
Ba … baik.
Saya ke sana segera!
Tut … tut …
tut … (telepon ditutup)
SORE ITU, MEREKA
SEKELUARGA BERGEGAS PERGI KE RUMAH SAKIT. SEPANJANG PERJALANAN MEREKA DIHANTUI
PERTANYAAN BESAR: “ADA APA DENGAN IBU MEREKA?”. SUASANA RUMAH SAKIT TIDAK
TERLALU RAMAI. MEREKA SEGERA MEMASUKI LOBI. BEBERAPA PETUGAS SEDANG BERJAGA.
HASAN
Siang, Pak! Kami
keluarga ibu Khadijah.Tadi kami dapat telepon dari sini. Ada apa dengan ibu
kami.
TAMPAK
KEKALUTAN TERCERMIN DARI WAJAHNYA
PETUGAS RS
O iya. Mari
silakan ikut saya!
BERIRINGAN
MEREKA MENGIKUTI LANGKAH PETUGAS RUMAH SAKIT. SETELAH MELEWATI BEBERAPA KORIDOR, AKHIRNYA SAMPAILAH DI KAMAR
PERAWATAN IBU KHADIJAH. WAJAH SELURUH ANGGOTA KELUARGA TAMPAK TEGANG. FATIMAH
TAMPAK MENGAMIT AYAHNYA YANG BERJALAN GEMETAR.
PETUGAS
RS
Mari!
SAMBIL
MEMBUKAKAN PINTU KAMAR DAN MENYILAKAN. MEREKA BERHAMBURAN MEMASUKI RUANGAN.
SESOSOK TUBUH TERTUTUP KAIN PUTIH TERBUJUR KAKU DI ATAS RANJANG!
KELUARGA (Serentak)
Ibu ….!
TUBUH KAKU
ITU DIPELUK BERAMAI-RAMAI OLEH MEREKA. IBU YANG MEREKA CINTAI TELAH PERGI.
PERGI UNTUK SELAMA-LAMANYA! LELAKI ITU BERPALING DAN KELUAR
RUANGAN.MENINGGALKAN TUBUH ISTRINYA YANG TERBARING KAKU.MENINGGALKAN LAGU
TANGIS ANAK-ANAKNYA. ADA BENING AIR JATUH DI PELUPUK MATA LELAKI ITU.
LELAKI (Membenturkan dahi pada tembok ruangan)
Ya, Tuhan!
Aku … telah berdosa! Aku … berdosa! Ampuni hamba! Ampuni hamba, ya Rob…!
FATIMAH (Keluar dari ruangan, mendekati ayahnya dan
memeluknya)
Allah maha
pengampun.Ibu juga pasti diampuninya. Ibu beruntung , Yah! Ia dipanggil oleh
Allah di saat cahaya Ramadhan datang menyinari bumi!
RUANG DI
RUMAH SAKIT ITU MULAI HENING. SUARA TANGIS TADI LAMAT-LAMAT HILANG BERGANTI
DENGAN SUARA AZAN MAGRIB TANDA WAKTU BERBUKA PUASA TELAH TIBA.
SELESAI
Kajian
Drama
a.
Setting
panggung:
·
Pub
·
Rumah
·
Kamar tidur
perempuan
·
Rumah Sakit
Jiwa
·
Mimpi
b.
Perlengkapan:
·
Rokok
·
Kursi
·
Meja
·
Gelas
·
Bir
·
Mobil
·
Tasbih
·
Mukena
·
Al-Quran
·
Sepatu
·
Baskom kecil
berisi air
·
Telepon
·
Kain putih
·
Ranjang
Rumah Sakit Jiwa
c.
Kostum
·
Seragam
bartender
·
Lelaki
berpakaian rapi layaknya pengusaha
·
Seragam sopir
·
Pakaian putih
·
Seragam
Rumah Sakit jiwa
d.
Tata rias
·
Pub (babak
1) :
-
Abdulah:
rambut acak-acakan, wajah dirias dengan menampilkan raut wajah yang terlihat
lelah, berbeban berat, banyak pikiran dan masalah serta dibuat kemerahan karena
sedang mabuk
-
Sopir :
wajahnya dirias pucat karena ketakutan
-
Bartender :
-
Teman
bartender
·
Mimpi (babak
3)
-
LBP : dirias
agar wajah terlihat bersinar dan bercahaya, potongannya dibuat rapi dan
berwibawa serta bersahaja
-
Abdulah :
wajahnya dirias pucat dan bingung karena kaget
·
Kamar tidur
Fatimah (babak 4)
-
Fatimah :
wajahnya dirias ringan dan biasa-biasa, menampilkan wajah gadis yang lugu,
polos dan baik hati
-
Abdulah :
awalnya masih dirias dengan tampilan yang acak-acakan namun setelah dibasuh
oleh Fatimah, Abdulah dirias dengan menampilkan wajah orang yang kelelahan dan
pusing sehabis mabuk
·
Rumah dan
Rumah Sakit Jiwa(babak 5)
-
Fatimah :
dirias dengan tampilan normal
-
Aisyah :
dirias agar wajahnya terlihat pucat karena khawatir
-
Bi Inah :
dirias sedikit kusam
-
Hasan :
dirias dengan wajah yang tampak khawatir dan tegang
-
Abdullah :
dirias dengan wajah yang kusut, kemerahan dan basah karena air mata
-
Petugas RS :
dirias dengan tampilan petugas RS pada umumnya
Pengkajian
Drama Dengan Pendekatan Ekspresif
1.
Abdullah:
·
Perasaan :
merasa kacau, sedih, menyesal, .
·
Masalah:
Abdulah telah meraih dunia sehingga dibutakan denga hal itu. Ia kehilangan iman
dan kedamaian bahkan ia sudah berhari-hari meninggalkan keluarganya. Ia menjadi
sering mabuk-mabukkan dan tidak peduli lagi dengan kehidupan keluarganya.
·
Tanggapan
terhadap masalah: pada awalnya segala kekacauan batinnya membuat ia
menjerumuskan diri dengan pelampiasan yang salah yaitu dengan mabuk-mabukkan.
Namun setelah ia “bertemu” dengan hati nuraninya, ia kemudian sadar dan kembali
pulang. Ia kembali menjadi pribadi yang peduli pada keluarganya dan kembali
memperhatikan anak-anaknya.
Namun semua
perasaannya yang tenang kembali suram ketika mengetahui permasalan yang ada
dalam keluarganya selama ia tidak pulang ke rumah, emosinya kembali terkoyak,
perasaannya trpaksa harus menyatu dengan keadaan dan kenyataan yang harus
dihadapinya dalam keluarganya.
Kemudian ia
kembali diperhadapkan dengan keadaan yang sangat sulit, kenyataan yang begitu
pahit harus diterimanya setah mendapati istrinya telah meninggal di RS.
2.
Ibu
Khadijah:
·
Perasaan :
stress, putus asa, depresi, merasa gagal.
·
Masalah : ia
diperhadapkan dengan masalah yang pelik dengan rumah tangganya. Suaminya berubah
menjadi seorang lelaki yang suka mabuk-mabukkan, anaknya Aisyah hamil di luar
nikah, dan Hasan ditangkap polisi karena pesta ganja.
·
Tanggapan
terhadap masalah: ia tidak mampu menghadapi dan menindaki masalah yang
dihadapinya sehingga berujung pada dirinya yang menjadi gila dan membuatnya
diangkut ke rumah sakit jiwa.
3.
Sopir:
·
Perasaan :
iba, kasihan, peduli.
·
Masalah : sang sopir terjebak dalam tanggung jawabnya sebagai sopir
Abdulah, dia harus patuh selalu apa yang diperintahkan oleh majikannya, meskipun
terkadang ia menolak karena alasan-alasan tertentu.
·
Tanggapan
terhadap masalah : terkadang menggerutu karena takut menyampaikan secara
langsung apa yang diketahuinya kepada majikannya karena takut menyinggung dan
lebih memilih patuh pada majikannya.
4.
Fatimah :
·
Perasaan : tegar,
tenang, senang, gugup.
·
Masalah :
Fatimah harus tetap terlihat tegar didepan ayahnya, karena dia harus
memberitahukan secara langsung apa yang sedang terjadi dengan ibu dan
kakak-kakaknya.
·
Tanggapan
terhadap masalah : perasan bahagia dia luapkan didepan ayahnya berhubung
ayahnya telah kembali ke rumah setelah beberapa hari tidak kembali ke rumah,
namun perasaan bahagia tersebut seolah hanya sejenak dan sirna ketika dia harus
memberitahukan apa yg terjadi dengan keluarga mereka semenjak ayahnya tidak
pulang ke rumah.
Setelah
beberapa bulan Fatimah harus menghadapi kenyataan yang sama seperti keluarganya
yang lain bahwa ibunya telah meninggal.
5.
Aisyah :
·
Masalah :
hamil diluar nikah, ia pun harus mulai mebiasakan diri sebagai orangtua dari
anak yang dilahirkannya.
·
Tanggapan
terhadap masalah : mencoba tenang dengan masalah keluarganya, dan harus tetap
sabar menanti ibunya yang dirawat di RS jiwa. Rasa khawatir mulai menghantuinya
ketika ia medapat berita dari pihak RS tentang kondisi ibunya, dan memintanya
untuk datang ke RS. Perasaan sedih menyelimutinya sama seperti keluarganya yang
lain bahwa ibunya telah meninggal.
6.
Hasan :
·
Masalah : menjalani proses
hukum dan mengalami perawatan intensif di tempat rehabilitasi
ketergantungan obat, setelah selama enam bulan ia direhabilitasi dan sembuh, ia
harus menhadapi kenyataan ibunya dirawat di RS Jiwa.
·
Tanggapan
terhadap masalah : kaget ketika ia dan keluarganya pergi melihat ibunya di RS
setelah Aisyah mendapat berita dari pihak RS dan meminta mereka untuk melihat
ibunya yang sedang dirawat. Wajah ketakutan pun tercermin di wajahnya ketika
bertanya pada petugas RS. Tangisan dan kesedihan harus dihadapinya sama seperti
anggota keluarga lainnya bahwa ibunya telah meninggal.
7.
Bartender :
·
Perasaan
sabar dan tetap tenang.
·
Masalah :
berusaha menyadarkan Abdulah kalau ia telah mabuk berat, dan takut menyinggung
perasaannya.
·
Tanggapan
terhadap masalah : tetap tenang walaupun orang yang dihadapinya telah mabuk
berat.
8.
Teman
bartender :
·
Terkesan angkuh
dan tegas, dengan lantang dia menilai Abdulah yang telah mabuk berat.
9.
Bi Inah :
·
Perasaannya
bingung dan tegang sesaat setelah mendapat telepon dari RS.
10.
Petugas RS :
·
Tenang dalam
mengantar keluarga Abdulah sampai ke kamar Ibu Khadijah.
komen neh....
BalasHapus(y)